Sarijo : Kuli Bangunan Jadi Pengusaha Bengkel

Sarijo : Kuli Bangunan Jadi Pengusaha Bengkel - BANYAK tokoh sukses yang mencapainya dengan perjuangan keras. Bisa dibilang, sampai berdarah-darah. Mau kerja keras dan berani meghadapi tantangan. Semangat berjuang menggapai kesuksesan itulah yang perlu ditumbuh-kembangkan di zaman modern yang kian kompetitif seperti sekarang. Mencari pekerjaan, tak cukup hanya mengandalkan ijazah. apalagi hanya lulus SMP. Maka, Sarijo (35) harus realalitis. Ketika lulus SMP dan tak bisa melanjutkan sekolah, dia kerja di proyek bangunan. Tidak langsung jadi tukang, atau apalagi pemborong yang kadang harus bermain mata dengan pihak-pihak yang punya otorita mengegolkan proyek. 

Warga dusun Kayuhan Wetan Triwidadi Pajangan Bantul itu mengawali karier sebagai laden tukang. Saat itu,, upah yang diteriima Rp 2.500 perhari. "Kepada keluarga, saya pamit kerja jadi lettu alias laden tukang batu. Saya lakukan itu karena ingin punya uang. Soalnya, tidak mungkin minta orangtua lagi,” tutur Sarijo. Bekerja menjadi laden tukang ternyata tidak bertahan lama. Setelah ikut merampungkan beberapa proyek, salah satunya gapura gerbang masuk ke Desa Kerajinan Gerabah Kasongan, Sarijo mundur. Istilah kerennya resign. Alasannya, dia mendapat tawaran kerja. Ikut salah seorang kerabat jauh bekerja di sebuah bengkel mobil di Sentolo. 

Menjalani pekerjaan yang dituntut memiliki ketrampilan mekanik, jelas tidak mudah. Apalagi dia bukan tamatan STM yang tahu seluk-beluk mesin. Jadi bawang kopong. Begitu kira kira pada awal masuk kerja. Selama sebulan dia benar-benar merasa risih. Sebutan bawang kopong membuatnya tak nyaman. Tapi, di sisi lain dia harus tetap bertahan kerja di sana. bisa bikin risih dan merah telinga. Tapi tidak masalah, itu bukan halangan dan hambatan untuk maju. Ditelateni bekerja di bengkel itu, meskipun jadi tenaga srabutan yang ditugasi wira-wiri mengambil kunci, angkat dongkrak dan angkat junjung peralatan berat lainnya. *** SARIJO setiap hari nglajo dengan sepeda ontel, dari rumahnya di Pajangan ke bengkel tempatnya kerja, Sentolo. Gajinya, sebulan Rp 20 ribu. Memang minim. Tapi harus dia lakoni. Toh, sejak awal dia punya niat belajar tentang mesin dan kerja bengkel. “Saya niatkan bekerja di Sentolo itu untuk belajar mbengkel. Kalau dibayar dua puluh ribu itu sampai dimana. Kalau niatnya cari uang, jelas bikin sakit hati. Saya niatkan pokoknya harus bisa mbengkel. Upahr sedikit tak masalah," kenang Sarijo yang kini sudah punya dua orang asisten. Belajar sambil bekerja. Begitu semangat juangnya di Sentolo. sehingga dia bisa betah kerja di sana. Hampir tujuh tahun dia menjalani masa yang mungkin pahit. 

Dan, dia menyadari. bahwa pahit itu merupakan jamu kehidupan. Semakin banyak kepahitan hidup dirasakan, kemungkinan menjadi orang yang tangguh dan tahan banting. Nyatanya memang demikian. Setelah sang juragan sering sakit sakitan dan pelanggan banyak yang pindah bengkel, dengan santun Sarijo mohon pamit pindah kerja. Tujuh tahun bukanlah waktu yang pendek untuk belajar. Sarijo lalu melamar kerja pada sebuah bengkel yang baru buka usaha di Godean. Diterima dan disuruh tinggal di bengkel. Tapi, ibaratnya harus siap kerja 24 jam. Suatu saat, Sarijo yang jam terbangnya sebagai montir sudah tinggi, minta kenaikan upah. ketika itu perminggu dia diupah Rp 60 ribu. Tapi juragan tidak mengabulkan. "Saya lantas ambil sikap, tidak naik gaji juga tidak masalah asalkan perusahaan mau membuatkan surat pengalaman kerja buat saya," kenang Sarijo. Kebetulan waktu itu ada bengkel besar dengan peralatan komputer yang serba canggih membutuhkan asisten mekanik. Sarijo dengan bekal pengalaman kerja mencoba masukan lamaran dan ternyata diterima. Sambil kerja di bengkel, bila di rumah dia juga praktik sendiri pada malam hari. Pasien utamanya, truk-truk pasir di Kali Progo. Ternyata, banyak pasien yang cocok dengan garapan Sarijo. Selain hasil pekerjaan yang bagus, ongkos servis bisa dibilang murah. Dan, dia tak pernah memvonis ganti sparepart. 

Dia selalu berusaha ngreka. Baru setelah kepepet, menyarankan pemilik mobil agar ganti sparepart. Semakin banyaknya pasien yang datang ke rumahnya pada malam hari, membuat Sarijo terobsesi ingin punya bengkel sendiri. Dan, obsesi itu tahun 2008 terwujud. bengkelnya, Restu Motor berkembang pesat. Pelanggannya tak hanya dari sekitar Bantul. Tak sedikit yang dari Sleman, Yogya, Kulonprogo dan Purworejo. Cucuran keringat dan bau olie itu telah mengubah hidup Sarijo dan keluarga menjadi lebih sejahtera.

0 komentar:

Post a Comment

 

Komunitas Blogger Jogja Design by Insight © 2009