4 Pejudi Ceki Grobogan Di Tangkap

4 Pejudi Ceki Grobogan Di Tangkap - Polres Grobogan menangkap empat warga Desa Sulursari, Kecamatan Gabus masing-masing Sunardi, Latif, Hartono, Sunardi dan Warjo karena bermain judi ceki untuk mengusir rasa kantuk di rumah tetangga yang menggelar hajatan, Minggu (4/3/2012) dinihari. Barang bukti yang diamankan berupa satu set kartu dan uang tunai Rp 105 ribu.

"Kami tetap melarang jenis judi dengan dalih apapun. Kalau dibiarkan akan mengundang kerawanan sosial," kata Kasat Reskrim Polres Grobogan AKP Ngadiyo dan Kanit Reskrim II, Ipto Wibowo usai memeriksa keempat tersangka.

Penangkapan keempat tersangka bermula ketika petugs tengah patroli di Desa Sulursari curiga di rumah Jiyo, banyak orang lek-lekan
karena pagi harinya pemilik rumah akan hajatan pernikahan anaknya. Dari belasan warga yang duduk bersila, ada empat orang yang tengah main kartu ceki. Awalnya petugas mengira hanya main kartu ceki untuk menghilangkan kantuk.

“Setelah diamati, ternyata di depannya empat pelaku ada beberapa lembar uang taruhan. Seketika itu juga petugas menggiring keempat pelaku ke Mapolsek Sulursari,” terang Kasat Reskrim.
Read more

Penggila Fotografi Kumpul di Ratu Boko

Penggila Fotografi Kumpul di Ratu Boko - Belasan pecinta fotografi, Minggu (4/3) berkumpul di Kraton Ratu Boko Prambanan Sleman Yogyakarta. Mengambil tema 'The color of temple dengan mengabadikan keindahan Kraton Ratu Boko dengan memotret empat model yang disediakan panitia.

Sie Publikasi dari Menur 5C Muhadi dise;a kegiatan mengatakan, kegiatan ini sebagai ajang kumpul para penggila foto. Sebelumnya mereka hanya bertukar informasi melalui dunia maya (facebook) saja. Kini mereka dikumpulkan dalam satu lokasi dan berlatar belakang budaya.

"Tidak ada penjurian dalam kegiatan ini. Sebab ini bukan perlombaan. Melainkan hanya ajang berkumpul biasa. Kami sengaja memilih lokasi Kraton Ratu Boko, lantaran belum semua orang mengenal lokasi ini. Nantinya hasil karya ini secara otomatis akan unggah di jejaring sosial sehingga secara tidak langsung ikut membantu mempromosikan wisata," katanya.

Lokasi yang berlatar belakang juga didukung dengan pakaian yang digunakan empat model ini. Mereka memakai gaun rancangan desainer yang berasal dari Yogyakarta dengan konsep batik dan kebaya. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan jenis kamera yang mereka gunakan.

Salah satu peserta Doni dari Yogyakarta mengaku baru sekali ini mengunjungi Kraton Ratu Boko. Sebelumnya dia hanya tahu objek wisata ini dari internet atau beberapa foto yang diperlihatkan temannya. Sehingga dia mengaku sudah mempunyai bayangan nantinya akan memotret seperti apa. Alasan dia tertarik ikut kegiatan ini lantaran tema dan konsep yang ditawarkan panitia.
Read more

Sarijo : Kuli Bangunan Jadi Pengusaha Bengkel

Sarijo : Kuli Bangunan Jadi Pengusaha Bengkel - BANYAK tokoh sukses yang mencapainya dengan perjuangan keras. Bisa dibilang, sampai berdarah-darah. Mau kerja keras dan berani meghadapi tantangan. Semangat berjuang menggapai kesuksesan itulah yang perlu ditumbuh-kembangkan di zaman modern yang kian kompetitif seperti sekarang. Mencari pekerjaan, tak cukup hanya mengandalkan ijazah. apalagi hanya lulus SMP. Maka, Sarijo (35) harus realalitis. Ketika lulus SMP dan tak bisa melanjutkan sekolah, dia kerja di proyek bangunan. Tidak langsung jadi tukang, atau apalagi pemborong yang kadang harus bermain mata dengan pihak-pihak yang punya otorita mengegolkan proyek. 

Warga dusun Kayuhan Wetan Triwidadi Pajangan Bantul itu mengawali karier sebagai laden tukang. Saat itu,, upah yang diteriima Rp 2.500 perhari. "Kepada keluarga, saya pamit kerja jadi lettu alias laden tukang batu. Saya lakukan itu karena ingin punya uang. Soalnya, tidak mungkin minta orangtua lagi,” tutur Sarijo. Bekerja menjadi laden tukang ternyata tidak bertahan lama. Setelah ikut merampungkan beberapa proyek, salah satunya gapura gerbang masuk ke Desa Kerajinan Gerabah Kasongan, Sarijo mundur. Istilah kerennya resign. Alasannya, dia mendapat tawaran kerja. Ikut salah seorang kerabat jauh bekerja di sebuah bengkel mobil di Sentolo. 

Menjalani pekerjaan yang dituntut memiliki ketrampilan mekanik, jelas tidak mudah. Apalagi dia bukan tamatan STM yang tahu seluk-beluk mesin. Jadi bawang kopong. Begitu kira kira pada awal masuk kerja. Selama sebulan dia benar-benar merasa risih. Sebutan bawang kopong membuatnya tak nyaman. Tapi, di sisi lain dia harus tetap bertahan kerja di sana. bisa bikin risih dan merah telinga. Tapi tidak masalah, itu bukan halangan dan hambatan untuk maju. Ditelateni bekerja di bengkel itu, meskipun jadi tenaga srabutan yang ditugasi wira-wiri mengambil kunci, angkat dongkrak dan angkat junjung peralatan berat lainnya. *** SARIJO setiap hari nglajo dengan sepeda ontel, dari rumahnya di Pajangan ke bengkel tempatnya kerja, Sentolo. Gajinya, sebulan Rp 20 ribu. Memang minim. Tapi harus dia lakoni. Toh, sejak awal dia punya niat belajar tentang mesin dan kerja bengkel. “Saya niatkan bekerja di Sentolo itu untuk belajar mbengkel. Kalau dibayar dua puluh ribu itu sampai dimana. Kalau niatnya cari uang, jelas bikin sakit hati. Saya niatkan pokoknya harus bisa mbengkel. Upahr sedikit tak masalah," kenang Sarijo yang kini sudah punya dua orang asisten. Belajar sambil bekerja. Begitu semangat juangnya di Sentolo. sehingga dia bisa betah kerja di sana. Hampir tujuh tahun dia menjalani masa yang mungkin pahit. 

Dan, dia menyadari. bahwa pahit itu merupakan jamu kehidupan. Semakin banyak kepahitan hidup dirasakan, kemungkinan menjadi orang yang tangguh dan tahan banting. Nyatanya memang demikian. Setelah sang juragan sering sakit sakitan dan pelanggan banyak yang pindah bengkel, dengan santun Sarijo mohon pamit pindah kerja. Tujuh tahun bukanlah waktu yang pendek untuk belajar. Sarijo lalu melamar kerja pada sebuah bengkel yang baru buka usaha di Godean. Diterima dan disuruh tinggal di bengkel. Tapi, ibaratnya harus siap kerja 24 jam. Suatu saat, Sarijo yang jam terbangnya sebagai montir sudah tinggi, minta kenaikan upah. ketika itu perminggu dia diupah Rp 60 ribu. Tapi juragan tidak mengabulkan. "Saya lantas ambil sikap, tidak naik gaji juga tidak masalah asalkan perusahaan mau membuatkan surat pengalaman kerja buat saya," kenang Sarijo. Kebetulan waktu itu ada bengkel besar dengan peralatan komputer yang serba canggih membutuhkan asisten mekanik. Sarijo dengan bekal pengalaman kerja mencoba masukan lamaran dan ternyata diterima. Sambil kerja di bengkel, bila di rumah dia juga praktik sendiri pada malam hari. Pasien utamanya, truk-truk pasir di Kali Progo. Ternyata, banyak pasien yang cocok dengan garapan Sarijo. Selain hasil pekerjaan yang bagus, ongkos servis bisa dibilang murah. Dan, dia tak pernah memvonis ganti sparepart. 

Dia selalu berusaha ngreka. Baru setelah kepepet, menyarankan pemilik mobil agar ganti sparepart. Semakin banyaknya pasien yang datang ke rumahnya pada malam hari, membuat Sarijo terobsesi ingin punya bengkel sendiri. Dan, obsesi itu tahun 2008 terwujud. bengkelnya, Restu Motor berkembang pesat. Pelanggannya tak hanya dari sekitar Bantul. Tak sedikit yang dari Sleman, Yogya, Kulonprogo dan Purworejo. Cucuran keringat dan bau olie itu telah mengubah hidup Sarijo dan keluarga menjadi lebih sejahtera.
Read more

Mas Bejo : Pencari Pasir Lendah Kulonprogo Jadi Peternak Sukses

Mas Bejo ; Pencari Pasir Lendah Kulonprogo Jadi Peternak Sukses - MENGUBAH nasib itu wajib. Tuhan memberi isyarat, tak akan mengubah nasib manusia bila mereka tak mau berusaha. Perubahan itu akan terjadi melalui proses panjang. Tak semudah membalik telapak tangan.

Bejo Santoso (37) mengalami itu. Warga Sembungan Lendah Kulonprogo, berangan-angan meraih kehidupan yang lebih baik dan berkecukupan. Dia menebusnya dengan merantau jauh di negeri orang, Korea. Semua dilakukan demi masa depan keluarga. Sekaligus mengumpulkan modal untuk buka usaha seperti seperti impiannya, menjadi peternak ayam.

Lulus SMA tahun 1993. Dia risih jika hanya kluntang-klantung. Dicarinya kesibukan untuk mendapatkan uang. Dia tak malu menjadi penambang pasir. Tiap pagi berangkat naik sepeda ontel. Kadang harus sampai Srandakan Bantul. Menambang pasir di bantaran Kali Progo.

Seharian penuh kerja memeras keringat, hanya membawa pulang uang Rp 20 ribu. Sungguh tak sebanding jerih payahnya.

Kadang, jika ada tawaran kerja buruh laden tukang, juga dilakoni. Malamnya masih kungkum di sungai. Mengais pasir.

Ketekunan serta kegelisahan Bejo didengar Tuhan. Ndilalah, ada orang menawarinya kerjasama. Bejo ditawari memelihara ayam potong sistem bagi hasil. Tapi, jumlahnya sedikit. Kisaran 100-200 ekor sekali pelihara. Tawaran itu tak disia-siakan. Bejo menyanggupi. “Yang penting ada tambahan hasil,” kenangnya.

Ternyata, tawaran memelihara ayam potong membuka jalan perubahan nasib Bejo. Melalui perjuangan panjang, bahkan sampai harus merantau ke negeri ginseng, Bejo benar-benar menjadi orang bejo (beruntung). Di halaman 07 dibabar kerja keras Bejo merintis peternakan ayam yang omzet perbulannya kisaran Rp 45 juta.

***

KEBAIKAN seorang juragan ayam potong yang memberi kesempatan kepada Bejo santoso memelihara sebagian kecil piaraannya dengan sistem bagi hasil, menginspirasi Bejo membangun cita-cita menjadi peternak ayam.

Secara langsung, dia menikmati keuntungan dari system bagi hasil itu. Meski hanya sedikit. Keuntungan lain yang diperolehnya adalah pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman beternak ayam potong, merupakan investasi yang nilainya tak terkira.

Ketika mulai menikmati uang bagi hasil, Bejo yang ketika itu (1998) memang sudah beranjak dewasa, berani menikahi gadis pujaannya, Sumitri. Keputusannya itu didasari pertimbangan matang. Dia punya dua sumber penghasilan, meski kecil. Dari menambang pasir dan upah memelihara ayam potong. Plus, sang istri yang berpofesi bakul kecil-kecilan di pasar Bantul.

Konsekuensinya, setip pagi setelah mengurus kandang, dia mengantar istri ke pasar. Diboncengkan sepeda ontel sambil membawa keranjang berisi dagangan. Setelah itu, turun ke sungai. “Istri saya ketika itu jualan di emperan pasar. Belum punya los seperti sekarang,” katanya. Bejo memutar akal. Batinnya bergejolak. Kalau hanya menerima keadaan, bagaimana nanti nasib anak-anaknya. Dia tak mungkin bisa mewujudkan impian punya usaha peternakan ayam, jika sumber penghasilannya dari menambang pasir, bagi hasil mengelola kandang ayam plus sedikit keuntungan dagang sang istri.

Seorang lelaki harus punya nyali. Tagline iklan minuman suplemen itu melecut semangat Bejo. Dia harus bangkit melawan kerasnya kehidupan. “Saya harus cari modal. Agar cepat punya duit banyak, harus berani merantau ke luar negeri. Itu satu-satunya cara yang bisa saya tempuh,” kenangnya.

Tekadnya bulat. Tahun 2000, Bejo melamar jadi TKI ke Korea. Lagi-lagi Tuhan mendengar dan memberi jalan Bejo untuk mewujudkan niat baiknya itu. Bejo diterima dan mendapat kontrak 4 tahun.

Selama kerja di Korea, gaji dikirim ke istri. Pasutri sepakat dan berbagi tugas. Bejo mencari nafkah ke luar negeri. Istrinya dipasrahi mengelola keuangan sesuai rencana, merintis peternakan ayam.

Hasilnya, luar biasa. Uang kiriman Bejo dikembangkan untuk usaha peternakan ayam petelur. Perlahan tapi pasti, jumlah kandang dan ayam yang dipelihara bertambah. Sampai habis kontrak, 2004, saat Bejo pulang kampung, sudah ada 3 kandang dengan 3 ribu ekor ayam petelur dimiliki. Saban hari menghasilkan 1,5 kuintal telur. Di saat peternakan ayam petelyr milik Bejo mengalami kejayaan, badai menghantam. Akibat krisis global, harga pakan melambung. Tak hanya Bejo yang kena imbas. Hampir semua peternak kelimpungan.

Untunglah, Bejo pernah punya pengalaman memelihara ayam pedaging. Situasi pasar sepertinya memberi angin bagi peternakan ayam pedaging. Maka, Bejo pun alih haluan. Ayam petelurnya dijual. Semua kandang diganti ayam pedaging. Langkah itu tidak salah. Dari 3 kandang, setelah dioptimalkan untuk ternak ayam pedaging, setiap bulan Bejo bisa memanen 4 ton ayam.

Jerih payah selama bertahun-tahun telah berhasil mengubah nasib mantan penambang pasir itu menjadi peternak ayam yang cukup berhasil.

Sekarang kehidupan Mas Bejo boleh dibilang mapan. Rumah megah sudah dimilikinya. Plus mobil untuk mendukung usaha. Juga, dia sudah berhasil membeli lahan 2.500 meter yang rencananya untuk memperluas kandang.
Read more

sungguh-sungguh terjadi

INDONESIA kalah telak 0-10 lawan Bahrain dalam penyisihan Pra-Piala Dunia 2014. Tenang! Itu belum apa-apa jika dibanding pertandingan resmi lain yang juga diakui FIFA. Pada tahun 2000 Kuwait pernah mengalahkan Bhutan 20-0. Masih ada lagi, pada tahun 2001 Australia mengalahkan Samoa 31-0. Meski demikian, kita malu juga, kan?—(Kiriman: Sigit Danianto S IP, Kantor Telkom, Jalan Laksda Yos Sudarso 9, Yogya)-b

Read more

Batik Modis Semanding Collection Jogja

Batik Modis Semanding Collection Jogja - Kain batik bisa dibuat berbagai produk konveksi yang luwes. Belakangan, semakin banyak ibu muda dan remaja putri yang mengenakan busana batik sebagai pakaian sehari-hari, seiring makin banyaknya busana batik aneka motif berdesain modis.
Seperti disajikan Semanding Collection di Jalan Kaliurang Km 5 Kompleks Swakarya Gang Arumsari 32 Yogyakarta


Usaha konveksi yang dirintis 4 tahun lalu oleh Ny Pipin dan Ny Devi ini memproduksi beragam busana batik baik rok, baju, celana, sampai tas dan sepatu dengan desain modis model terkini yang diminati ibu-ibu muda dan remaja putri. Tidak hanya diminati pasar Yogya, produk Semanding Collection juga merambah pasar Surabaya, Semarang, Jakarta, Sumatera dan Kalimantan.
Ny Devi menjelaskan, selama ini pakaian rok dan baju yang diminati selain batik baru berdesain modis, juga batik baru dikombinasi bahan potongan kain jarit batik lawasan, yang menghasilkan paduan artistik.
Read more
 

Komunitas Blogger Jogja Design by Insight © 2009